Hai teman-teman, ada tugas bahasa Indonesia membuat novel yah ?? Sini aku bantu , contoh beberapa novel singat seperti berikut ini :
1. MalaikatKu
Bagian 1
Aku ingin menceritakan sedikit kisah yang kelam indah sekaligus tentang hidupku. Tindakan kekerasan verbal di zaman ini memang sudah tidak asing? Banyak sekali hidup yang redup karna hal itu termasuk aku.
Namaku Adam, Aku baru saja menginjakan kaki di kelas 1 SMA Negeri di Bandung. Kebanyakan orang tidak sabar untuk menginjak masa tersebut karena mereka merasa itu akan sangat menyenangkan. Bertemu suasana baru, teman baru, dan hal hal indah yang akan datang. Tapi tidak denganku, hari pertama yang manusia itu impikan, justru malah menjadi neraka bagiku. Entah apa yang aku perbuat, sampai aku harus menjadi salah satu manusia yang merasakan kekerasan verbal. Cacian dan makian terus datang menyergapku tanpa aba-aba. Padahal aku hanya ingin menikmati masa indah di suasana baru ini, tapi sayang nasibku sial kali ini.
Minggu ke 2 untuk aku menginjakan kaki ke neraka yang berkedok sekolah ini. Mungkin karena terlalu sering mendapat cacian, makian dan bahkan menjadi pembantu tanpa majikan, jadi hal itu membuatku merasa tidak sadar diri untuk tidak berharap untuk hidup enak ditempat ini. Sekolah berbunyi, waktunya untuk saya mendengar omong kosong dari segelintir orang yang menyebalkan. Akupun berjalan lorong yang mulai sepi sekumpulan orang yang terburu-buru memasuki ruang kelasnya masing-masing. Akupun masuk ke ruangan bising itu dan duduk di bangku paling belakang. Seperti biasa, pagiku sangat sibuk untuk membersihkan meja yang kotor oleh coretan makian yang tidak penting.
Guru pun datang, tapi ia tidak sendiri. Ada anak perempuan yang berjalan dibelakangnya, sontak mataku tertuju pada anak perempuan itu. Segala aktivitas tubuh yang kulakukan tiba-tiba terhenti sejenak. Cukup dalam memandang anak perempuan itu dan yang ada di pikiranku saat ini adalah "cantik". Dia pun mengenalkan namanya kepada siswa siswi yang ada didalam ruangan. "Hallo, Namaku putri. Aku pindahan dari Jakarta,Mohon bantuannya ya teman-teman." Ujarnya dengan alunan suara lembut yang selalu terngiang-ngiang di pikiranku.
Bagian 2
Hari Senin pun dimulai, Entah mengapa Seninku kali ini agak sedikit terang. Padahal ketika sampai nanti aku akan menelan cacian makian tidak penting lagi. Namun ntahlah, Semenjak anak baru itu hadir rasanya seperti aku menemukan sedikit titik terang untukku bisa bertahan di neraka tersebut. Aku berjalan menelusuri koridor sekolah. Lumayan ramai pagi ini, karna banyak anak OSIS yang sibuk mempersiapkan untuk upacara. Dan aku dengan perut kelaparanku pergi menuju kantin. Aku membeli roti dan air mineral lalu mencari bangku kosong disana, ketika hendak duduk di bangku yang kosong tiba-tiba tubuhku terhentak ke lantai. Makanan dan air minumku jatuh berserakan. "Minggir anak tolol, Lo ngapain sih muncul dihadapan gue" Sayup terdengar suara yang lantang dari mulut manusia yang aku benci. Dia adalah Andre, Manusia pertama yang memakiku tanpa sebab dan mempermalukan habis-habisan sampai aku menjadi seperti ini.
Aku yang tidak ingin memperpanjang apa yang sudah Andre lakukan pun lekas mengambil roti dan air yang sempat terpisah dariku dan berjalan ke arah bangku yang aku tuju tadi. Namun manusia itu tidak membiarkanku pergi, "heh denger ga Lo? Tuli ya?" Ucap dia lantang dengan wajah yang meremehkan. Aku yang sudah malas hanya bisa menatap tajam matanya dengan menahan amarah. "Apalo liat liat?berani sama gue?"ucapnya lagi dengan lantang. Akhirnya Kepalan tangan pun hampir menusuk rahang rahang wajahku, namun tiba-tiba saja terhenti. *Plaaaak* suara tamparan begitu keras mendarat di pipi Andre, aku kaget karna orang yang menampar Andre itu orang yang selalu aku kagumi. Siapa lagi kalau bukan putri. merasa malu menjadi pusat perhatian orang, sontak Andre bergegas meninggalkan tempat ini.
"Kamu gapapa?" Ucap lembut putri padaku. Aku yang tersipu malu pun hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala. Aku duduk berhadapan dengan dia yang tidak kusangka-sangka, entah kenapa hati ini merasa sedikit bergejolak tiap dia melontarkan bait per bait kata. "Jangan takut, sekarang aku akan jadi temanmu. Kamu gaakan dibully lagi" Katanya sambil tersenyum kepadaku.
Bagian 3
1 bulan berlalu, benar katanya. Aku sudah tidak merasakan sesak karna harus merasakan hal yang tidak pantas. Sekarang dia menjadi temanku dan semua mulai terang, Aku bisa merasakan lepas dan bebas untuk membuang napas. Aku dengan motorku menuju rumah malaikat penolongku, setiap hari kita berangkat bersama. Selalu menghabiskan waktu bersama disekolah, hingga aku lupa kalau aku pernah terhina ditempat ini.
"Selamat pagi pak" ujarnya lembut dengan kaki pendek yang terburu-buru menghampiri ku.
"Wah wah ada yang telat 5 menit nih" Ujarku meledek
"Sorry, tadi tiba tiba kebelet hehe" jawabnya lagi sambil mengenakan helm.
Sampailah aku dan putri di parkiran, tak lupa kita berangkat menuju kelas bersama dengan dia. Katanya biar gaada yang berani lagi macam-macam denganku, tapi memang benar adanya. Sudah tidak ada lagi yang berani melakukan itu padaku. Hingga akupun bisa bebas menjalani hidup sebagai siswa normal.
Hari hariku sangat menyenangkan, Aku jadi banyak teman dan sedikit bisa menikmati suasana sebagai siswa SMA. Mulai dari berdiskusi bersama kelompok, Nongkrong bersama teman, Dan Juga Jatuh Cinta. aku menempatkan pelabuhan hatiku pada malaikat penolongku ini. Dia putri, sosok cantik yang selalu ada dalam ingatan. Selalu akan selalu hadir dihari ini.
Sore ini aku berencana untuk mengajak putri ke perpustakaan besar di Bandung, Dan aku berniat untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini. Kita janjian jam 4 sore dan aku bersiap dengan antusias. Ku nyalakan mesin motorku dan segela melaju untuk menjemput sang pujaan hati. Namun ada yang aneh, ketika Sampai di depan rumahnya. Rumahnya terlihat sangat sepi,tidak seperti biasanya. Akupun mengetuk pintu untuk memastikan apakah putri sudah siap atau belum. Namun nihil, yang keluar adalah asisten rumah tangganya.
"Permisi bi, putrinya ada?" Tanya ku pada bibi tersebut.
"Anu den... Tadi non putri dibawa paksa sama nyonya, katanya non putri mau dikirim ke luar negri biar ga ketemu sama papa nya" jawab bibi tersebut.
*Damn* seketika hidupku mulai redup kembali, sepertinya semesta tidak mengizinkan aku untuk tersenyum sebentar saja. Seperti serhantan batu besar rasanya. Aku yang masib bingung meminta untuk bibi itu jelaskan mengapa putri dibawa paksa oleh ibunya. Akhirnya bibinya menjelaskan tentang kejadian tersebut. Dan aku tidak menyangka bahwa putri, orang yang kulihat kuat ternyata harus menghadapi kehidupan yang jauh lebih menyakitkan. Orang tuanya berpisah dan dia tidak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bahkan tadi ayahnya datang hanya untuk membawa putrinya sebagai objek kamuflase nya saja. Mereka hanya ingin terlihat tidak menerlantarkan anak.
Aku pun meninggalkan tempat itu, sambil tetap tidak menyangka bahwa kisahku hanya bisa diberitakan sampai sini saja. Yah begitulah, sangat singkat aku dan dia. Seperti biasa aku menjalani hidup seperti pertama kali menginjakan kaki di neraka. Hanya kali ini aku berani sehingga jarang ada yang seenaknya padaku. Namun begitu begitu, kisahku masih menjadi kelam karna terangku belum kunjung pulang.